Awal Ramadhan tahun ini telah dimulai pada hari yang berbeda-beda di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini sudah nampak dari kalender yang dibuat oleh masing-masing kelompok yang mencantumkan angka 1 Ramadhan pada tanggal yang berbeda. Muncul pertanyaan lagi “Apakah lebaran tahun ini juga berbeda?”. Jawabannya tentu  bisa bareng bisa juga berbeda, tapi semoga jangan terlalu khawatir sebab berdasarkan kalender yang beredar di masyarakat Insya Allah lebaran tahun ini akan kita rayakan bersama-sama, kecuali mungkin beberapa kelompok masyarakat yang mendasarkan pada hitungan tradisional sehingga hasilnya berbeda.
Sabtu, 18 Agustus 2012 sore merupakan saat pelaksanaan rukyatul hilal untuk menentukan awal bulan Syawwal 1433 Hijriyah bertepatan 29 Ramadhan 1433. Hal ini berdasarkan pada Taqwim Standard Indonesia dan hasil rukyat pada bulan sebelumnya yang menyimpulkan sama, walaupun kalender yang mendasarkan pada kriteria wujudul hilal menyimpulkan berbeda.
Diprediksi pada hari itu dari Pos Observasi Bulan Bukit Bela-belu Parangkusumo, Matahari terbenam pada pukul 17:39 WIB pada azimuth 282°53′ atau 22,9° di Utara titik Barat. Tinggi Hilal saat Matahari terbenam 7°21′ atau 7,3° di atas ufuk mar’i di kiri-atas Matahari. Bulan terbenam pada 18:10 WIB pada azimuth 274°43′. Pada kondisi seperti ini secara astronomis Hilal berpeluang dirukyat baik menggunakan mata telanjang maupun teleskop. Namun demikian kesimpulan awal bulan masih menunggu laporan kegiatan rukyat.
Ijtimak / Konjungsi / New Moon
Jumat, 17 Agustus 2012 @ 22:56 WIB – 23:56 WITA – 15:56 UT
Sabtu, 18 Agustus 2012 @ 00:56 WIT
Visibilitas (kenampakan) Hilal pada hari terjadinya Ijtimak selepas Matahari terbenam di seluruh dunia khususnya kawasan Indonesia ditunjukkan pada gambar peta di bawah ini.  Peta visibilitas mengacu pada Kriteria Odeh yang mengadopsi Limit Danjon sebesar 6° yaitu syarat sudut elongasi Hilal terhadap Matahari agar dapat terlihat. Kriteria tersebut dikemas dalam sebuah software Accurate Times yang menjadi acuan pembuatan peta visibilitas ini.
KETERANGAN :
  1. Sangat tidak mungkin daerah yang berada di bawah arsiran MERAH (E) dapat menyaksikan Hilal, sebab pada saat itu Bulan  terbenam lebih dulu sebelum Matahari terbenam atau ijtimak lokal (topocentric conjunction) terjadi setelah Matahari terbenam.
  2. Daerah yang berada pada area BIRU TUA (D) (tak berarsiran) juga  tidak memiliki peluang menyaksikan hilal sekalipun menggunakan alat bantu optik (binokuler/teropong), sebab kedudukan Hilal masih sangat rendah ( <6° ) dan terang cakram Bulan masih terlalu kecil sehingga cahaya Hilal tidak mungkin teramati.
  3. Hilal baru mungkin dapat teramati menggunakan alat bantu optik pada area di bawah arsiran BIRU MUDA (C). Pada area ini pun masih sangat sulit karena dibutuhkan kondisi langit yang sangat cerah terutama di langit Barat.
  4. Wilayah yang berada dalam arsiran UNGU (B) hanya dapat menyaksikan hilal menggunakan alat bantu optik sedangkan untuk melihat langsung dengan mata diperlukan kondisi cuaca yang sangat cerah dan ketelitian pengamatan.
  5. Hilal dengan mudah dapat disaksikan pada area di bawah arsiran HIJAU (A) baik menggunakan mata telanjang apalagi menggunakan peralatan optik dengan syarat kondisi udara dan cuaca cukup baik.
  6. Peta ini dibuat dan hanya berlaku untuk daerah 60° Lintang Utara sampai 60° Lintang Selatan.

Peta Ketinggian Hilal di Wilayah Indonesia
Tanggal Rukyatul Hilal :
Kriteria rukyatul hilal menyimpulkan bahwa tanggal rukyatul hilal dilaksanakan pada :
Saudi : Jumat, 17 Agustus 2012 @ Sunset
Pemerintah/NU : Sabtu, 18 Agustus 2012 @ Sunset
Diagram ketinggian di atas hanya berlaku untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya